KRITIK SASTRA NOVEL “Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin”
Oleh : Nani Setyawati
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye merupakan novel yang digemari pembaca dalam
kesusasteraan Indonesia.
Novel ini
mengisahkan kehidupan kakak beradik Tania dan Dede yang harus putus sekolah dan
menjadi pengamen karena keterbatasan ekonomi keluarga sepeninggal ayah mereka.
Mereka berdua tinggal di rumah kardus dengan ibu mereka yang sakit-sakitan.
Kehidupan mereka berubah setelah bertemu dengan seorang pria bernama Danar.
Danar adalah seorang karyawan yang juga penulis buku anak-anak. Danar begitu
baik sehingga keluarga ini menganggapnya seperti malaikat. Tania sangat
mengagumi Danar karena selain baik, dia juga punya wajah yang menawan.
Suatu ketika
Danar memberikan mereka rumah kontrakan sehingga Tania, Dede dan ibunya tidak
perlu lagi tinggal di rumah kardus. Tania dan Dede bisa kembali sekolah dan
ibunya berjualan kue. Mereka pun semakin dekat seperti keluarga. Suasana agak
berubah ketika Danar membawa teman dekatnya yang bernama Ratna. Tania merasa
cemburu, ia tidak suka melihat kedekatan Danar dengan Ratna. Rasa tidak suka
itu bukan sekedar perasaan iri seorang adik tapi Tania kecil belum bisa
menerjemahkan apa arti perasaan itu.
Kebahagiaan
mereka berkurang saat ibu Tania meninggal. Berat sekali bagi Tania menerima
kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah tiada dan sekarang ia yang harus
bertanggung jawab menjaga adiknya. Untung saja ada Danar yang selalu berada di
samping mereka. Tania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Ia berhasil
mendapatkan beasiswa ke Singapura. Sederet prestasi berhasil ia raih dalam
studinya. Semua pengalaman hidup yang telah Tania alami menjadikannya lebih
dewasa dari gadis-gadis lain seumurannya. Perasaannya terhadap Danar juga
semakin jelas. Lambat laun Tania tahu, perasaan itu bernama cinta.
Tapi cinta
Tania terhadap Danar tidaklah mudah. Bertahun-tahun mereka bersama dalam status
kakak adik, terlebih lagi mereka terpaut usia 14 tahun. Bagi ABG seperti Tania,
jatuh cinta kepada pria yang jauh lebih tua darinya cukup membuatnya pusing.
Sisi remajanya membuatnya ingin mengekspresikan perasaannya meskipun ia tidak
tahu apakah Danar memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak. Keadaan
semakin sulit saat Danar memutuskan untuk menikah dengan Ratna. Tania patah
hati. Ia memutuskan untuk tidak hadir dalam pernikahan mereka meskipun Danar
dan Ratna telah membujuknya.
Beberapa
waktu berselang, Tania tahu bahwa kehidupan rumah tangga Danar dan Ratna tidak
bahagia. Ratna bercerita kepada Tania bahwa Danar telah banyak berubah. Danar
menjadi pendiam dan seringkali tidak berada di rumah. Ratna tahu ada sesuatu
yang menghalangi mereka, ada seseorang di antara ia dan Danar tapi ia tidak
pernah tahu siapakah bayangan itu. Dari cerita Dede akhirnya Tania tahu bahwa
Danar juga mencintai Tania. Danar menuliskan perasaannya dalam novel
"Cinta Pohon Linden" yang tidak pernah selesai ia tulis. Perbedaan
usia yang cukup jauh membuat Danar merasa tidak pantas mencintai Tania. Tidak
seharusnya ia mencintai gadis kecil seperti Tania.
Ketika Tania
dan Danar sama-sama tahu perasaan mereka masing-masing, semua sudah terlambat.
Biar bagaimanapun Danar telah menikah dengan Ratna. Akhirnya Tania kembali ke
Singapura dan memutuskan untuk meninggalkan semua cerita cintanya.
Sebelum saya
melakukan kritikan terhadap novel “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin”, saya akan
menganalisis novel tersebut terlebih dahulu. Unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik yang terdapat dalam novel ini adalah sebagai berikut;
Unsur Intrinsik
a.
Tema :
Cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan
b.
Gaya Bahasa:
·
Hiperbola
: Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang
segera ke Jakarta (Hal. 230)
·
Metafora
: Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun menghunjam
kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
·
Personifikasi
:Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras,
ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
·
Personifikasi
:Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)
c.
Sudut Pandang : Orang pertama
pelaku utama
d.
Tokoh dan Penokohan:
Tania:
·
Tekun
(Mendapat beasiswa sekolah di Singapura)
·
Ramah
(Disukai banyak orang)
·
Konsisten
(Hanya mencintai Danar, walaupun banyak lelaki yang mencintainya)
·
Pantang
menyerah (Menjalani
Dede:
·
Suka iseng
·
Pandai
menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia Perasaan Tania dan Danar)
·
Sifat polos
yang kental
Ibu
·
Tekun dan
tidak mengandalkan orang lain (Rajin berjualan kue, demi membiayai anak-anaknya
sekolah, walaupun sudah dibantu oleh Danar)
·
Sabar (Sabar
menghadapi hidupnya dan keluarganya yang miskin)
Danar :
·
Ringan
tangan, suka menolong (Menolong Tania yang kakinya tertusuk paku, ketika di
bis)
·
Pemendam
rasa (Memendam perasaan cintanya kepada Tania, dan mengorbankan perasaannya
untuk Ratna)
·
Bertanggung
jawab (Mengurusi Tania dan Dede, setelah Ibu meninggal)
·
Tidak jujur
atas apa yang di rasakan dalam hatinya
Ratna:
·
Tidak suka
berprasangka buruk (Ketika Danar jarang pulang, Ratna tidak berprasangka buruk
bahwa Danar selingkuh) dan (Tidak berprasangka buruk terhadap Tania dan Danar)
·
Tidak
cemburuan (Tidak cemburu terhadap Tania dan Dede, yang selalu dekat dengan
Danar)
·
Sabar (Sabar
menunggu Danar yang jarang pulang ke rumah, setelah mereka menikah)
e.
Alur
: Pada awal cerita mundur dan pada akhir cerita campuran
f.
Latar
:
·
Tempat
: Rumah Tania, Toko Buku, Asrama Tania di Singapura
·
Waktu
: Pagi, siang, sore dan malam
·
Suasana
: Hening, sedih, duka, tegang, senang, rindu
g.
Amanat :
Ceritakanlah
apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya, berusahalah
meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan kaan melegakan
dan menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
h.
Plot
:
·
Perkenalan:
Ketika Danar menolong Tania yang
tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan Dede, adik Tania, lebih dalam,
hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar juga banyak membantu
perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan Dede bisa bersekolah.
Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.
·
Pertikaian:
Ketika Danar hendak menikah dengan
Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke pernikahan Danar dan Ratna. Selama
beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
·
Klimaks:
Ketika Danar dan Tania bertemu di
daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin. Di situ, mereka mengutarakan
perasaan mereka yang sebenarnya.
·
Antiklimaks:
Ketika Danar dan Tania
mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada akhirnya Tania menerima
keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan tetap berada di
Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika di Indonesia.
Unsur
Ekstrinsik
Nilai Sosial :
Menolong
orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas
seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang
siapa Tania.
Nilai Moral :
Memberi pengetahuan kepada kita
bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika
kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang
pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.
Memegang janji ‘Aku menyeka sudut
mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah
menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.’
(Hal. 31)
Setelah
melakukan analisis pada novel “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” maka dapat dilakukan penilaian
yaitu tentang kelemahan dan kelebihan pada novel tersebut.
Kelemahan
novel ini antara lain; menurut saya ceritanya klise, agak mirip sinetron. Karya
Tere Liye yang lainnya selalu bisa membuat saya betah membaca tanpa ada
keinginan untuk melompati masing-masing bagian cerita. Tapi ketika membaca
novel ini, berkali-kali saya lewatkan bagian-bagian yang terasa membosankan. Berbeda
dengan karya Tere Liye yang lain, yang meskipun sederhana tapi bisa terasa
istimewa lewat penuturannya yang apa adanya. Tapi tetap saja novel ini
memberikan pelajaran. Terutama filosofi "daun yang jatuh tak pernah
membenci angin". Apapun yang kita alami, jangan pernah menyalahkan
keadaan.
Kelemahan lain dari novel ini sepertinya Tere Liye tidak memakai Editor atau
penyunting dalam penerbitan novelnya, saya tidak melihat nama editor di halaman
ISBNnya. Oleh karena itu, terdapat beberapa kalimat rancu dan kurang efektif di
dalamnya. Apalagi tanda bacanya banyak sekali yang terlewatkan. Tapi, semua itu
tidak mengurangi makna ceritanya.
Novel ini
cukup membuka mata kita bahwa cinta tak pernah mengenal usia dan cinta butuh
suatu kejujuran sekalipun pahit rasanya harus kita katakan sebelum
akhirnya cinta itu justru menyakiti orang-orang yang kita sayangi. Novel
ini dibuat seperti teka-teki pada alur cerita dan pada nama tokohnya, sehingga
membuat pembacanya penasaran untuk terus membaca novel ini sampai selesai.
Meskipun begitu, alur campuran yang digunakan kadang cukup membuat pembacanya
menjadi cukup kesulitan. Bagian akhir cerita yang tidak digambarkan secara
jelas juga membuat pembacanya menafsirkan ending yang berbeda-beda sesuai
kemauannya.
Kelebihan
novel ini, banyak sekali tentunya. Tere Liye berhasil mengajak pembaca untuk
memiliki logika berpikir yang lebih rasional dan berbeda. Mengambil kesimpulan
tidak hanya dari satu sudut pandang, tapi lihatlah sudut pandang lainnya.
Dengan demikian, segalanya akan terasa adil dan masuk akal. Dan kamu akan
menerima segala sesuatunya dengan lapang tanpa membantah, seperti daun yang
tidak pernah membenci angin yang menerbangkannya ke sana kemari. Kita harus
menerima takdir dan garis kehidupan yang ditentukan Tuhan. Karena apapun yang
terjadi, hidup harus terus berjalan.
Bahasa yang digunakan dalam novel ini cukup puitis, penggunaan bahasanya sangat tepat
sehingga mampu menyentuh hati dan membuat imajinasi muncul ketika membacanya.
Meski ada beberapa gaya bahasa yang mungkin akan sulit dipahami bagi kaum awam.
Bahasa percakapan dalam novel ini bersifat narasi dan dialog, sehingga ketika
membacanya tidak memberikan efek jenuh atau kebosanan, malah terlihat sangat
bervariatif, segar, dan menarik.
Akhirnya karya
Tere Liye ini memberikan pemahaman kepada kita khususnya remaja saat ini, bahwa
cinta itu tak pernah mengenal usia dan butuh sebuah kejujuran. Kita tidak
boleh membenci orang yang telah membuat kita jatuh cinta kepadanya meskipun
kita telah tersakiti.
10 komentar:
kereen kak kritiknya logis,analisisnya juga bagus..jadi penasaran mau baca hehehe
Terimakasih. Selamat membaca, :)
Itu Kritikannya yang mana? Yang diatas apa yang kelemahan novel
Yg kelemahan itu
Maaf sebelumnya, sepemahaman saya saat melakukan kritik atau dalam pembuatan kritik sastra , tdk boleh mencantumkan pendapat sendiri semua pure analisis dan mengkritik kelemahan dan kelebihan bedasrakan teori2 yang ada
Trims maaf kalo salah...
Sangat bagus menurut aku
Izin saya cantumkan di kolom deskripsi youtube ya. Terima kasih
Kritik sastra nya yang mana aja ini kak
Kritik sastra nya yang mana aja ini kak
Kritik sastra nya yang mana aja ini kak
Posting Komentar