Minggu, 08 Juni 2014

Makalah konsep berbicara dan jenis-jenis berbicara



BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya.
Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga, percakapan antara tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di pasar, dan sebagainya. Contoh lainnya : percakapan anggota keluarga; percakapan ibu dan anak; percakapan bertelepon, dan sebagainya.
Interaksi antara pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada pula yang tidak langsung. Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah, sedangkan interaksi tak langsung bersifat searah. Pembicara berusaha agar pendengar memahami atau menangkap makna apa yang disampaikannya. Komunikasi lisan dalam setiap contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula. Sarana untuk menyampaikan sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan.

B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.        Bagaimana konsep dasar berbicara?
2.        Apa saja jenis-jenis berbicara?

C.      TUJUAN PEMBAHASAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.        Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar berbicara.
2.        Untuk mengetahui jenis-jenis berbicara.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    KONSEP DASAR BERBICARA
Kemampuan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah. Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaiatan erat dan tak terpisahkan, ibarat mata uang: satu sisi ditempati kegiatan berbicara dan sisi lainnya ditempati kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, Tanya jawab, interviev dan sebagainya.
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi
Berbicara adakalanya digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungannya. Bila hal ini dikaitkan dengan fungsi bahasa maka berbicara digunakan sebagai sararana memperoleh pengetahuan mengadaptasi, mempelajari lingkungannya, dan mengontrol lingkungannya. Fungsi heuristic sering disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban.
3. Berbicara adalah ekspresi yang kreatif
Melalui berbicara kreatif, manusia melakukan tidak sekedar menyatakan ide, tetapi juga memanifestasikan kepribadiannya. Tidak hanya dia menggunakan pesona ucapan kata dan dalam menyatakan apa yang hendak dikatakannya tetapi dia menyatakan secara murni, fasih, ceria dan spontan. Perkembangan persepsi dan kepekaan terhadap perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi yang bersangkutan untuk mencapai taraf kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual. Bergantung pada si pembicaralah apakah dia mampu menjadikan berbicara (komunikasi lisan)  itu menjadi ekpresi kreatif atau hanya pendekatan belaka. Karena itu dikatakan berbicara tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
4.    Berbicara adalah tingkah laku
Berbicara adalah ekspresi pembicara. Melalui berbicara, pembicara sebenarnya menyatakan gambaran dirinya. Berbicara merupakan simbolisasi kepribadian si pembicara. Berbicara juga merupakan dinamika dalam pengertian melibatkan tujuan pembicara kepada kejadian disekelilingnya kepada pendengarnya, atau kepada objek tertentu. Dalam bahasa Indonesia, kita juga menemui pribahasa ” Bahasa menunjukkan bangsa ”. makna pribahasa tersebut ialah cara kita berbahasa, bebbicara, bertingkah laku menggambarkan kepribadian kita. Dalam kepribadian tersebut telah terselip tingkah laku kita. Karena itu tepatlah bila dikatakan berbicara adalah tingkah laku.
5.    Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
Berbicara sebagai tingkah laku, sudah dipelajari oleh siswa di lungkungan keluarga, tetangga, dan lingkungan lainnya di sekitar tempatnya hidup sebelum mereka masuk ke sekola. Keterampilan berbicara siswa harus dibina oleh guru melalui latihan :
1.      Pengucapan
2.      Pelafalan
3.      Pengontrolan suara
4.      Pengendalian diri
5.      Pengontrolan gerak-gerik tubuh
6.      Pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya
7.      Pemakaian bahasa yang baik
8.      Pengorganisasian ide
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Semakin banyak berlatih berbicara, semakin dikuasai keterampilan berbicara itu. tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses latihan. Berbicara adalah tingkah laku yang harus dipelajari, baru bias dikuasai.
6.    Berbicara distimulasi oleh pengalaman
Berbicara adalah ekspresi diri. Bila diri si pembicara terisi oleh pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan menguraikan pengetahuan dan pengalaman itu.
7.    Berbicara untuk memperluas cakrawala                                                     
Paling sedikit berbicara dapat digunakan untuk dua hal. Yang pertama untuk mengekpresikan ide, perasaan dan imajinasi. Kedua, berbicara dapat juga digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman.
8.    Keterampilan linguistik dan lingkungan
Anak-anak adalah produk lingkungan. Jika dalam lingkungan hidupnya ia sering diajak berbicara, dan segala pertanyaannya diperhatikan dan dijawab, serta lingkungan itu sendiri menyediakan kesempatan untuk belajar dan berlatih berbicara  maka dapat diharapkan anak tersebut terampil berbicara. Ini berarti si anak sudah memliki kemampuan linguistik yang memadai sebelum mereka memasuki sekolah.
9.    Berbicara adalah pancaran kepribadian
            Gamabaran pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Kita dapat menduganya dari gerak-geriknya, tingkah lakunya, kecenderungannya, kesukaannya, dan cara bicaranya. berbicara pada hakikatnya melukisnya apa yang ada di hati, misalnya pikiran, perasaan, keinginan, idenya dan lain-lain. Karena itu sering dikatakan bahwa berbicara adalah indeks kepribadian.

2.2    JENIS-JENIS BERBICARA
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah. Berdasarkan pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara  yaitu:
a)   Situasi
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat  bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada pembicara dan pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupanmanusia sehari-hari.
Untuk itu, diperlukan beberapa prasyarat.
Jenis kegiatan berbicara informal meliputi :
 Tukar pengalaman,
 Percakapan,
 Menyampaikan berita,
 Menyampaikan pengumuman,
 Bertelepon dan
 memberi petunjuk (Logan,  dkk., 1972 :108).
Sedangkan jenis kegiatan yang bersifat formal  meliputi :
 Perencanaan dan penilain
 Ceramah
 Interview
 Prosedur parlementer dan Bercerita (Logan, dkk., 1972: 116)
b)   Tujuan
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasikan dan meyakinkan  atau menggerakan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara tersebut di atas dapat kita klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara lain:
a.    Berbicara menghibur
Biasanya suasana santai, rileks dan kocak. Tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha membuat pendengarnya senang gembira dan bersukaria.
Contoh:
Jenis berbicara ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat, cerita kabayan, cerita Abu Nawas dan lain-lain.
b.    Berbicara menginformasikan.
Dalam  suasana serius, tertib dan hening. Berbicara menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya.
Contoh:
1. Penjelasan menteri Sekneg sehabis sidang kabinet
2. Penjelasan menteri penerangan mengenai sesuatu kejadian, peraturan pemerintah, dan sebagainya.
3. Penjelasan PPL di depan kelompok tani, dan
4. Penjelasan instruktur pada siswanya.
c.  Berbicara menstimulasi
Berbicara menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang terasa kaku, pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi pendengarnya. Berbicara menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah lebih sopan, belajar lebih berkesenambungan. Pembicara biasa dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar.
Contoh:
            1.  Nasehat guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya
            2.  Pepatah petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh
            3.  Nasehat dokter pada pasiennya
            4.  Nasehat atasan pada karyawan yang malas dan
       5.  Nasehat ibu pada putrinya yang patah hati
d. Berbicara meyakinkan
Sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya, suasananya pun bersifat serius, mencekam dan menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati dari tidak mau membantu menjadi mau membantu. Pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan dapat bertanggungjawabkan dari segala segi.
Contoh:
            1.  Pidato petugas KBN didepan masyarakat yang anti keluarga berencana
2.  Pidato petugas Depsos pada masyarakat daerah kritis tetapi segan bertransmigrasi,
3.  Pidato pimpinan partai tertentu di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut,
4.  Pidato calon kepala desa di daerah yang belum simpati padanya
            5.  Pidato pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan sengkulak.
e.  Berbicara menggerakkan
Juga menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi pendengarnya. .Pembicara dalam berbicara mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat.
Misal:
-          Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
c)  Metode penyampain
Empat (4) cara yang biasa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain yaitu:
 Penyampaian secara mendadak, terjadi karena  seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara di depan umum. Hal ini dapat tertjadi karena tuntutan situasi.
Misal:
Karena pembicara yang telah direncanakan berhalangan hadir tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan penggantinya atau dalam suatu pertemuan seseorang diminta secara mendadak memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya.
 Penyampaian berdasarkan cacatan kecil, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. Berbasarkan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar mengenai sesuatu hal. Hal ini dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan dan menguasai isi pembicaraan secara mendalam sebelum tampil di depan umum.
 Penyampaian berdasarkan hafalan, berbicara berdasarkan hafalan memang banyak ke lemahannya, pembicara mungkin lupa  akan beberapa bagian dari isi pidatonya, perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku dan kurang penyesuaian pada situasi yang ada.
 Penyampain berdasarkan naskah. Berbicara yang berlandalandaskan naskah di laksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi dan menyangkut kepentingan umum.

d) Jumlah penyimak
Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, yaitu pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, babarapa orang  (kelompok kecil) dan banyak orang (kelompok besar).
Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat di bagi atas tiga (3) jenis, yaitu:
a.  Berbicara antarpribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan.
b.  Berbicara dalam kelompok kecil, terjadi apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok kecil pendengar, misanya 3-5 orang
c.  Berbicara dalam kelompok besar. Terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar berjumlah besar atau massa.
e)  Peristiwa khusus
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewahatau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan dan lain-lain.
Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat bigolongkan atas enam jenis.
 Pidato presentasi, ialah pidato yang dilakukan alam suasana pembagian hadiah
 Pidato penyambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu.
 Pidato perpisahan, berisi kata-kata perpisahan
 Pidato perkenalan, berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalka kepada tuan rumah.
 Pidato nominasi (mengunggulkan) berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu diunggulkan. (Logan, dkk;1972: 127).




BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Kemampuan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah. Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi
3. Berbicara adalah ekspresi yang kreatif
4. Berbicara adalah tingkah laku
5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
6. Berbicara distimulasi oleh pengalaman
7. Berbicara untuk memperluas cakrawala                                                     
8. Keterampilan linguistik dan lingkungan
9. Berbicara adalah pancaran kepribadian                 
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah. Berdasarkan pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara  yaitu:
a)    Situasi
b) Tujuan
c)  Metode penyampain
d) Jumlah penyimak
e)  Peristiwa khusus

B.       SARAN
1.    Hendaknya kita dapat melakukan kegiatan berbicara harus berlandaskan dengan konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi.
2.    Setelah mengetahui jenis-jenis berbicara hendaknya kita dapat melakukan kegiatan berbicara dengan memperhatikan landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara.


DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar: