BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh
manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya.
Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur
penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan komunikasi
non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan
komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar,
bunyi bel, dan sebagainya.
Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan
efektif.Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya
dialog dalam lingkungan keluarga, percakapan antara tetangga, percakapan antara
pembeli dan penjual di pasar, dan sebagainya. Contoh lainnya : percakapan
anggota keluarga; percakapan ibu dan anak; percakapan bertelepon, dan
sebagainya.
Interaksi antara pembicara dan pendengar ada yang langsung
dan ada pula yang tidak langsung. Interaksi langsung dapat bersifat dua arah
atau multi arah, sedangkan interaksi tak langsung bersifat searah. Pembicara
berusaha agar pendengar memahami atau menangkap makna apa yang disampaikannya.
Komunikasi lisan dalam setiap contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana
yang tertentu pula. Sarana untuk menyampaikan sesuatu itu mempergunakan bahasa
lisan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep dasar berbicara?
2.
Apa saja jenis-jenis berbicara?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Adapun
tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar berbicara.
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis berbicara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
KONSEP
DASAR BERBICARA
Kemampuan berbicara siswa
bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap atau kurang.
Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah.
Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai
sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai
sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan
resiprokal
Berbicara dan menyimak adalah dua
kegiatan yang berbeda namun berkaiatan erat dan tak terpisahkan, ibarat mata
uang: satu sisi ditempati kegiatan berbicara dan sisi lainnya ditempati
kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan
berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi,
bertelepon, Tanya jawab, interviev dan sebagainya.
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi
Berbicara adakalanya digunakan
sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungannya. Bila hal ini dikaitkan dengan
fungsi bahasa maka berbicara digunakan sebagai sararana memperoleh pengetahuan
mengadaptasi, mempelajari lingkungannya, dan mengontrol lingkungannya. Fungsi
heuristic sering disampaikan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban.
3. Berbicara adalah ekspresi yang kreatif
Melalui berbicara kreatif, manusia
melakukan tidak sekedar menyatakan ide, tetapi juga memanifestasikan
kepribadiannya. Tidak hanya dia menggunakan pesona ucapan kata dan dalam
menyatakan apa yang hendak dikatakannya tetapi dia menyatakan secara murni,
fasih, ceria dan spontan. Perkembangan persepsi dan kepekaan terhadap
perkembangan keterampilan berkomunikasi menstimulasi yang bersangkutan untuk
mencapai taraf kreatifitas tertinggi dan ekspresi intelektual. Bergantung pada
si pembicaralah apakah dia mampu menjadikan berbicara (komunikasi lisan)
itu menjadi ekpresi kreatif atau hanya pendekatan belaka. Karena itu dikatakan
berbicara tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat
utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
4.
Berbicara adalah tingkah laku
Berbicara adalah ekspresi pembicara.
Melalui berbicara, pembicara sebenarnya menyatakan gambaran dirinya. Berbicara
merupakan simbolisasi kepribadian si pembicara. Berbicara juga merupakan
dinamika dalam pengertian melibatkan tujuan pembicara kepada kejadian
disekelilingnya kepada pendengarnya, atau kepada objek tertentu. Dalam bahasa
Indonesia, kita juga menemui pribahasa ” Bahasa menunjukkan bangsa ”. makna pribahasa
tersebut ialah cara kita berbahasa, bebbicara, bertingkah laku menggambarkan
kepribadian kita. Dalam kepribadian tersebut telah terselip tingkah laku kita.
Karena itu tepatlah bila dikatakan berbicara adalah tingkah laku.
5.
Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
Berbicara sebagai tingkah laku,
sudah dipelajari oleh siswa di lungkungan keluarga, tetangga, dan lingkungan
lainnya di sekitar tempatnya hidup sebelum mereka masuk ke sekola. Keterampilan
berbicara siswa harus dibina oleh guru melalui latihan :
1.
Pengucapan
2.
Pelafalan
3.
Pengontrolan suara
4.
Pengendalian diri
5.
Pengontrolan gerak-gerik tubuh
6.
Pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya
7.
Pemakaian bahasa yang baik
8.
Pengorganisasian ide
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Semakin banyak
berlatih berbicara, semakin dikuasai keterampilan berbicara itu. tidak ada
orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses latihan. Berbicara
adalah tingkah laku yang harus dipelajari, baru bias dikuasai.
6.
Berbicara distimulasi oleh pengalaman
Berbicara adalah ekspresi diri. Bila
diri si pembicara terisi oleh pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan
mudah yang bersangkutan menguraikan pengetahuan dan pengalaman itu.
7.
Berbicara untuk memperluas
cakrawala
Paling
sedikit berbicara dapat digunakan untuk dua hal. Yang pertama untuk
mengekpresikan ide, perasaan dan imajinasi. Kedua, berbicara dapat juga
digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperluas cakrawala pengalaman.
8.
Keterampilan linguistik dan lingkungan
Anak-anak adalah produk lingkungan.
Jika dalam lingkungan hidupnya ia sering diajak berbicara, dan segala
pertanyaannya diperhatikan dan dijawab, serta lingkungan itu sendiri
menyediakan kesempatan untuk belajar dan berlatih berbicara maka dapat diharapkan
anak tersebut terampil berbicara. Ini berarti si anak sudah memliki kemampuan
linguistik yang memadai sebelum mereka memasuki sekolah.
9.
Berbicara adalah pancaran kepribadian
Gamabaran
pribadi seseorang dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Kita dapat
menduganya dari gerak-geriknya, tingkah lakunya, kecenderungannya, kesukaannya,
dan cara bicaranya. berbicara pada hakikatnya melukisnya apa yang ada di hati,
misalnya pikiran, perasaan, keinginan, idenya dan lain-lain. Karena itu sering
dikatakan bahwa berbicara adalah indeks kepribadian.
2.2
JENIS-JENIS
BERBICARA
Bila diperhatikan mengenai bahasa
pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi,
percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah. Berdasarkan
pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan
berbicara yaitu:
a) Situasi
Aktivitas
berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan
lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat
informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara
secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara
tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Suksesnya suatu pembicaraan tergantung
pada pembicara dan pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak
dilakukan dalam kehidupanmanusia sehari-hari.
Untuk itu,
diperlukan beberapa prasyarat.
Jenis kegiatan berbicara informal
meliputi :
Tukar pengalaman,
Percakapan,
Menyampaikan berita,
Menyampaikan pengumuman,
Bertelepon dan
memberi petunjuk (Logan,
dkk., 1972 :108).
Sedangkan jenis kegiatan yang
bersifat formal meliputi :
Perencanaan dan penilain
Ceramah
Interview
Prosedur parlementer dan Bercerita
(Logan, dkk., 1972: 116)
b) Tujuan
Akhir
pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan
orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasikan dan
meyakinkan atau menggerakan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara
tersebut di atas dapat kita klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara
lain:
a.
Berbicara menghibur
Biasanya
suasana santai, rileks dan kocak. Tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak
dapat membawakan pesan dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha
membuat pendengarnya senang gembira dan bersukaria.
Contoh:
Jenis berbicara ini, antara lain
lawakan, guyonan dalam ludruk, srimulat, cerita kabayan, cerita Abu Nawas dan
lain-lain.
b.
Berbicara menginformasikan.
Dalam
suasana serius, tertib dan hening. Berbicara menginformasikan pembicara
berusaha berbicara jelas, sistematis dan tepat isi agar informasi benar-benar
terjaga keakuratannya.
Contoh:
1. Penjelasan
menteri Sekneg sehabis sidang kabinet
2. Penjelasan
menteri penerangan mengenai sesuatu kejadian, peraturan pemerintah, dan
sebagainya.
3. Penjelasan
PPL di depan kelompok tani, dan
4. Penjelasan
instruktur pada siswanya.
c. Berbicara menstimulasi
Berbicara
menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang terasa kaku, pembicara berkedudukan
lebih tinggi dari pendengarnya dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan,
pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi pendengarnya. Berbicara
menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga
pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah lebih sopan,
belajar lebih berkesenambungan. Pembicara biasa dilandasi oleh rasa kasih
sayang, kebutuhan kemauan, harapan, dan inspirasi pendengar.
Contoh:
1. Nasehat
guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya
2. Pepatah
petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senonoh
3. Nasehat
dokter pada pasiennya
4. Nasehat
atasan pada karyawan yang malas dan
5. Nasehat
ibu pada putrinya yang patah hati
d. Berbicara
meyakinkan
Sesuai dengan namanya, bertujuan
meyakinkan pendengarnya, suasananya pun bersifat serius, mencekam dan
menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju
menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati dari tidak mau membantu
menjadi mau membantu. Pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada
argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan dapat bertanggungjawabkan dari
segala segi.
Contoh:
1. Pidato
petugas KBN didepan masyarakat yang anti keluarga berencana
2. Pidato
petugas Depsos pada masyarakat daerah kritis tetapi segan bertransmigrasi,
3. Pidato
pimpinan partai tertentu di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut,
4. Pidato
calon kepala desa di daerah yang belum simpati padanya
5. Pidato pimpinan BRI
pada masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan sengkulak.
e. Berbicara menggerakkan
Juga menuntut keseriusan baik dari
segi pembicara maupun dari segi pendengarnya. .Pembicara dalam berbicara
mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat.
Misal:
-
Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda
pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
c) Metode penyampain
Empat (4)
cara yang biasa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain
yaitu:
Penyampaian secara mendadak,
terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara di
depan umum. Hal ini dapat tertjadi karena tuntutan situasi.
Misal:
Karena pembicara yang telah
direncanakan berhalangan hadir tampil, maka terpaksa secara mendadak dicarikan
penggantinya atau dalam suatu pertemuan seseorang diminta secara mendadak
memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya.
Penyampaian berdasarkan cacatan
kecil, biasanya berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara.
Berbasarkan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar mengenai sesuatu hal.
Hal ini dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan dan menguasai isi
pembicaraan secara mendalam sebelum tampil di depan umum.
Penyampaian berdasarkan hafalan,
berbicara berdasarkan hafalan memang banyak ke lemahannya, pembicara mungkin
lupa akan beberapa bagian dari isi pidatonya, perhatiannya tidak bisa
diberikan kepada pendengar, kaku dan kurang penyesuaian pada situasi yang ada.
Penyampain berdasarkan naskah.
Berbicara yang berlandalandaskan naskah di laksanakan dalam situasi yang
menuntut kepastian, bersifat resmi dan menyangkut kepentingan umum.
d) Jumlah penyimak
Komunikasi
lisan melibatkan dua pihak, yaitu pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang
berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya
satu orang, babarapa orang (kelompok kecil) dan banyak orang (kelompok
besar).
Berdasarkan
jumlah penyimak itu, berbicara dapat di bagi atas tiga (3) jenis, yaitu:
a. Berbicara antarpribadi, atau bicara empat mata,
terjadi apabila dua pribadi membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau
mendiskusikan.
b. Berbicara
dalam kelompok kecil, terjadi apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok
kecil pendengar, misanya 3-5 orang
c. Berbicara
dalam kelompok besar. Terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar
berjumlah besar atau massa.
e) Peristiwa
khusus
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan
sebagai peristiwa khusus, istimewahatau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu
adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan dan lain-lain.
Berdasarkan peristiwa khusus itu
berbicara atau berpidato dapat bigolongkan atas enam jenis.
Pidato presentasi, ialah pidato yang dilakukan alam
suasana pembagian hadiah
Pidato penyambutan atau
penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu.
Pidato perpisahan, berisi
kata-kata perpisahan
Pidato perkenalan, berisi
penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama, jabatan, pendidikan,
pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalka kepada tuan rumah.
Pidato nominasi (mengunggulkan)
berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu diunggulkan. (Logan, dkk;1972: 127).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kemampuan berbicara siswa
bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap atau kurang.
Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah.
Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai
sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai
sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan
resiprokal
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi
3. Berbicara adalah ekspresi yang kreatif
4. Berbicara adalah tingkah laku
5. Berbicara adalah tingkah laku
yang dipelajari
6. Berbicara distimulasi oleh
pengalaman
7. Berbicara untuk memperluas
cakrawala
8. Keterampilan linguistik dan
lingkungan
9. Berbicara adalah pancaran
kepribadian
Bila diperhatikan mengenai bahasa
pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi,
percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah. Berdasarkan
pengamatan ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan
berbicara yaitu:
a) Situasi
b) Tujuan
c) Metode penyampain
d) Jumlah
penyimak
e) Peristiwa khusus
B. SARAN
1. Hendaknya
kita dapat melakukan kegiatan berbicara harus berlandaskan dengan konsep dasar
berbicara sebagai sarana berkomunikasi.
2. Setelah mengetahui
jenis-jenis berbicara hendaknya kita dapat melakukan kegiatan berbicara dengan
memperhatikan landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan
berbicara.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar