Minggu, 05 Oktober 2014

ALIRAN SASTRA : REALISME, EKSPRESIONISME, DAN NATURALISME



BERBAGAI ALIRAN DALAM SASTRA
REALISME, EKSPRESIONISME, DAN NATURALISME

Karya sastra sebagai karya seni tidak akan terlepas dari pengaruh aliran yang melatarbelakangi lahirnya karya tersebut. Menurut Korrie Layun Rampan, aliran sastra dapat diartikan sebagai hasil ekspresi para sastrawan yang meyakini bahwa jenis sastra yang mereka ciptakan itulah hasil sastra yang cocok pada zamannya.
Aliran sastra berasal dari kata Stroming (bahasa Belanda) yang mulai muncul di Indonesia pada zaman pujangga baru. Kata itu bermakna keyakinan yang dianut golongan-golongan pengarang yang sepaham, ditimbulkan karena menentang paham-paham lama.
Aliran sastra pada dasarnya berupaya menggambarkan prinsip (pandangan hidup, politik, dll) yang dianut sastrawan dalam menghasilkan karya sastra. Dengan kata lain, aliran sangat erat hubungannya dengan sikap/jiwa pengarang dan objek yang dikemukakan dalam karangannya.
Pada prinsipnya, aliran sastra dibedakan menjadi dua bagian besar, yakni (1) Idealisme, dan (2) Materialisme. Aliran Idealisme dapat dibagi menjadi (a) Romantisme, (b) Simbolik, (c) Mistisme, dan (d) Surealisme. Sedangkan Materialisme dibagi menjadi (a) Realisme, (b) Naturalisme, (c) Impresiolisme, (d) Ekspresionisme.

1.    REALISME
Aliran ini mengutamakan realitas kehidupan. Sastra realis merupakan kutub seberang dari sastra imajis. Apa yang diungkapkan para pengarang realis adalah hal-hal yang nyata, yang pernah terjadi, bukan imajinatif belaka. Biografi, otobiografi, true-story, album kisah nyata, roman sejarah, bisa kita masukkan ke sini. Sastra realis juga berbeda dengan berita surat kabar atau laporan kejadian, karena ia tidak semata-mata realistik. Sebagai karya sastra, ia pun dihidupkan oleh pijar imajinasi dan plastis bahasa yang memikat.
Novel “Fatimah“ karya Titie Said, “Rindu Ibu adalah Rinduku” karya Motinggo Boesye, “Bilik-bilik Muhammad” karya A.R.Baswedan, skenario  “Arie Anggara“ karya Arswendo Atmowiloto, novel biografis “Pangeran dari Seberang“ karya N.H.Dini tentang Amir Hamzah, novel “Dari Hari ke Hari“ Mahbub Junaidi, “ Guruku Orang Pesantren “ Syaifuddin Zuhri merupakan sekadar contoh sastra realis ini. Ia berusaha berjujur terhadap kenyataan, tetapi hal-hal yang peka, diungkapkan dengan cukup etis dan sublim.
M.H. Abrams dalam kamusnya “ Glossary of Literary Terms “ menyebutkan bahwa realisme digunakan dalam 2 pengertian :
a. Untuk mengidentifikasi gerakan sastra pada abad XIX, khususnya prosa fiksi.
b. Menunjukkan cara penggambaran kehidupan di dalam sastra. Fiksi realistik sering dioposisikan dengan fiksi romantik. Di dalam romantik disajikan kehidupan yang lebih indah, lebih berani mengambil resiko, dan lebih heroik, dari pada yang nyata.
Contoh lain karya sastra beraliran realisme : Puisi berjudul “Pertemuan” karya Chairil Anwar.
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tantang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi              

2.    EKSPRESIONISME
            Aliran ekspresionisme adalah aliran dalam karya seni, yang mementingkan curahan batin atau curahan jiwa dan tidak mementingkan peristiwa-peristiwa atau kejadiankejadian yang nyata. Ekspresi batin yang keras dan meledak-ledak. biasa dianggap sebagai pernyataan atau sikap pengarang. Aliran ini mula-mula berkembang di Jerman sebelum Perang Dunia I, Pengarang Indonesia yang dianggap ekspresionis ialah Chairil Anwar.
            Aliran Ekspresionisme juga terdapat pada karya sastra, dan seni (film, arsitektur, music). Dalam aliran seni ekspresionisme diartikan sebagai aliran seni yang melukiskan perasaan dan pengindraan batin yang timbul dari pengalaman di luar yang diterima, tidak saja oleh pancaindra melainkan juga oleh jiwa seseorang.
            Dalam kesusastraan aliran ini lebih dikenal sebagai aliran yang mendasarkan pada ajaran-ajaran filsafat eksistensialisme. Antara lain, bahwa hakikat manusia berbeda dengan alam. Manusia terus melakukan pembaharuan terhadap dirinya. Aliran ini terkenal di Prancis yang dipelopori oleh John Bole. S, yang menegaskan pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang bebas, karna ia tidak didikat oleh aturan-aturan yang menghalangi kebebasannya. Pada akhirnya aliran aliran ini memunculkan eksprasi subyektivitas manusia, dan hak-haknya yang bebas dan berpikir sebagaimana yang disukai.
            Contoh karya sastra beraliran ekspresionisme : Puisi berjudul “Doa” karya Chairil Anwar.

Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

3.    NATURALISME
Naturalisme adalah aliran yang cenderung melukiskan kenyataan-kenyataan yang buruk, kejelekan-kejelekan atau kekurangan-kekurangan tentang keadaan masyarakat atau sifat manusia.
Tokoh-tokoh naturalisme mengungkapkan aspek-aspek alam semesta yang bersifat fatalistis dan mekanis. H.B. Jassin mengatakan bahwa naturalisme berdasarkan filsafat materialisme adalah pikiran bahwa apa yang bisa diraba dengan pancaindera itulah kebenaran.
Aliran naturalisme berkembang pada akhir abad ke-19. Orang yang pertama kali memperkenalkan aliran ini adalah Honore de Balzac lewat novelnya yang berjudul La Comedie Humaine dan Le Pere.
Contoh karya sastra beraliran naturalisme : Cerpen / Roman karya Moetinggo Busye.

Tidak ada komentar: